Rabu, 08 Mei 2024

Apakah Bercita-cita Harus Setinggi Langit?


Pada Hari Pendidikan Nasional kemarin anak-anak menuliskan cita-citanya pada Sticky Notes. Cita-citanya beragam, ada yang ingin jadi dokter, polisi, tentara, arsitek, pendeta, bahkan ada yang menuliskan ingin menjadi bajak laut. Namun ada satu yang kejadian yang menarik. Ada salah satu anak yang bercita-cita ingin menjadi nelayan. Saat ia berbicara di depan kelas menjelaskan mimpinya seisi kelas riuh menertawakan. Jelas tidak ada yang salah dari cita-citanya. Namun, agaknya anak-anak menganggap “nelayan” itu cita-cita yang remeh. Sedang yang mereka yakini bercita-cita harus setinggi langit. Karena jika terjatuh ia akan jatuh di antara bintang-bintang.

Masyarakat Menarbu, Distrik Roon, seluruhnya menjadi nelayan untuk dapat makan di hari itu juga. Ini yang setiap hari dilihat oleh anak-anak. Inilah yang ada di kepala anak-anak ketika mendengar temannya bercita-cita ingin menjadi nelayan.

Di sini peran gurunya yang bekerja. Membuka pandangan baru bahwa nelayan adalah profesi yang sama pentingnya. Nelayan tidak sebatas mencari ikan dengan dayung yang biasa dilakukan oleh bapak dan mamanya. Nelayan bisa berlayar jauh dengan kapal besar menangkap ikan di luasnya lautan yang tidak pernah terpikirkan anak-anak. Nelayan dapat membawa kapalnya untuk berlayar dengan kokoh mengarungi derasnya badai. Dan itu semua membutuhkan ilmu. Membutuhkan banyak belajar dari bangku pendidikan. “Jika ingin jadi nelayan besar, belajarnya harus rajin!” 

Setiap hari mereka melihat kapal penangkap ikan dari kejauhan. Yang hanya menyisakan lampu redup pada malam hari. “Itulah yang ibu maksud. Nelayan dengan kapal besar yang memastikan setiap orang Indonesia dapat makan ikan yang dibelinya di pasar. Jadilah seperti itu.” Beragam pertanyaan bermunculan. “Kapal besar itu pakai mesin besar to, ibu?” Jujur aku tidak tahu bentuk mesin kapal itu seperti apa. Namun jika melihat besar kapalnya, masuk akal sih jika mesinnya juga besar. “Iya to, mesinnya besar, tra pakai dayung lagi,” kataku.

Anak-anak selalu antusias menanggapi hal-hal baru. Rasa ingin tahunya cukup tinggi untuk melihat hal besar yang berada di luar pulaunya. Meskipun setiap harinya yang ditemukan itu-itu saja, mereka gemar berandai-andai mengenai apa yang terjadi di luar sana. Tentang bagaimana pesawat bisa terbang tinggi, bagaimana jalanan di Jakarta dipenuhi oleh kendaraan, bahkan tentang bagaimana bisa gurunya betah sekolah hingga perguruan tinggi dan masih ingin melanjutkan pendidikan lagi di kemudian hari. Dari obrolan yang keluar dari kepala mereka itu lah kadang cita-cita itu muncul. “Makanya kalian sekolah yang rajin, biar nanti bisa pergi temui ibu di Jawa.”

4 komentar:

  1. keren bu guru Ikrar

    BalasHapus
  2. Keren kak ceritanya, terus menginspirasi. Menyala kakakku . 🔥🔥🔥🔥

    BalasHapus