"Selamat menikmati acara!" Kata Farid Stevy, vokalis FSTVLST, langsung kepada saya. Jelas saya menikmati acara tersebut, bahkan beberapa jam sebelum acara dimulai: menyiapkan outfit. Saya tidak cukup nyeni untuk punya kain jarik. Maka saya bingung untuk mencari pinjaman, dan dapat! Rupanya bukan cuma saya yang excited mempersiapkan busana, ada perempuan lain yang saya tidak sengaja mendengar ia mengucapkan "Aku udah nyiapin outfit dari semalam!"
Jika kamu mendambakan
sebuah suasana yang hangat dan penuh cinta, Dara Setara malam itu adalah
tempatnya. Sebuah acara khusus perempuan yang diadakan oleh FSTVLST di Liberate Creative Colony pada 13 Januari 2023 lalu. Semua perempuan yang datang tampak cantik dengan
berbagai busana kebaya, batik, dan tampilan nyeni lainnya.
Seluruh komponen di acara
tersebut begitu diperhatikan sehingga berhasil menampilkan pesan kesetaraan
yang ingin disampaikan. Tajuk Dara Setara bukanlah omong kosong.
"Persembahan sederhana untuk para perempuan tercinta," kata pembawa
acara membuka pagelaran. Tepuk tangan serta riuh suara para perempuan cukup
nyaring malam itu.
Acara dibuka oleh DVY,
sebuah duo musik yang beranggotakan perempuan. Salah satu lagu yang paling
membekas untuk saya adalah Semalaman yang menggambarkan keberanian dan kekuatan
seorang perempuan.
“Harus
mendaki
Setinggi
berpikir semuanya pasti
Seperti
mimpi-mimpi yang diselami
Tidak
berhenti meski tak disamai
Pagi
yang jauh
Satu
persatu memelankan mau
Menutup
maju dan memaksa rapuh
Menahan
bahu dari masa lalu
Selamkin
dalam pemikirannya
Menusukmu
perlahan
Seperti
mekar bunga
Berwarna-warni
Dipatahan
mati dalam cahayanya”
Band selanjutnya yang
turut meramaikan gelaran Dara Setara adalah Soegi Bornean. Ini pertama kali
saya mengenal Soegi Bornean setelah Asmaralibrasi menjadi tren. Satu yang saya
paling kagumi adalah ternyata suara vokalisnya sangat indah! Juga cantik dan
menenangkan.
Selain band ada juga penampilan
pelengkap yang meramaikan Dara Setara. Yakni live painting dari Mutiara Riswari dan pertunjukan tari dari Sanggar Kinanti. Mari kita bahas lukisan
abstrak dari Mutiara Riswari terlebih dahulu. Pendengar FSTVLST pasti tidak
asing dengan tembang Akulah Ibumu.
“Akulah
tanah
Akulah
Air
Akulah
Samudra
Akulah
ibumu”
Mahara
Riswari mecoba mengkatarsiskan tembang tersebut ke dalam lukisan abstrak yang dinilainya
sebagai rahim ibu. “Aku ingin merepresentasikan dunia ini seperti di lagunya
FSTVLST (Akulah Ibumu) dalam bentuk Rahim. Perempuan juga sumber dari seluruh umat
manusia. Jadi penghormatan aku untuk seorang perempuan, ibu, kakak, dan orang-orang
terdekat itu melalui abstraksi ini. Seorang perempuan yang penting dalam hidupku,”
ucap Mahara Riswari. Lukisan tersebut dikerjakan oleh Mahara saat berlangsungnya
acara sehingga khalayak dapat melihat proses pelukisan.
Lanjut
ke Sanggar Kinanti yang beranggotakan enam orang perempuan. Mereka menari
dengan indah di atas panggung. Para penari merupakan sosok perempuan yang memiliki
banyak peran di masyarakat. Seperti Mbak Mawar (anggap saja itu namanya, karena saya lupa) merupakan
seorang ibu, istri, berkarir, serta aktif di sanggar tari. Menjadi perempuan,
utamanya ibu, bukanlah sebuah halangan untuk mengekspresika diri di dalam
pekerjaan maupun untuk sekadar hobi. Mbak Mawar telah membuktikannya.
Di
sela-sela istirahat pergantian penampil, momen yang tidak saya lupakan
setidaknya dalam 100 tahun ke depan adalah berjabat tangan dan ngobrol langsung
dengan Farid Stevy. “Maaf ya mas, saya deg-deg an,” ucapku saat itu kepada Mas
Farid karena suara saya sepertinya bergetar. “Gapapa saya juga deg-deg an,” candanya. Kemudian
saya tertawa meresponnya. Selang beberapa saat kemudian bocil cantik menyapaku.
“Anak saya (sambil menunjuk bocil itu),” kata Mas Farid dan menyuruh bocil memperkenalkan diri. Ah! Cantik sekali, suaranya ramah dan halus dengan
pakaian kebaya kutu baru yang lucu.
“Aku
membayangkan 10 tahun lagi mungkin dia (anak perempuannya) mulai akan nonton
acara musik bersama teman-temannya, nonton festival musik rock. Aku berharap
komunitas musik rock berikutnya akan aman dan nyaman untuk para perempuan. Dan
kalau misal tidak dimulai dari band bapaknya sendiri ya menurutku itu kemudian
omong kosong,” kata Mas Farid ketika saya bertanya spesialnya Dara Setara buat
personal Mas Farid sendiri. Saya rasa Mas Farid saat itu sedang serius ketika mengatakannya,
terdengar dari suaranya yang lantang serta tatapan matanya yang fokus ke satu
titik.
Mesikpun datang
sendirian, saya tetap merasa aman. Lingkungan aman seperti ini seharusnya dapat
diakses oleh perempuan di semua tempat. Bebas dari pelecehan, stigma, dan
konstruksi sosial yang merugikan. “Industri ini dipenuhi oleh laki-laki, kantor
ini mayoritas juga laki-laki, pedengar FSTVLST juga mayoritas laki-laki. Dengan
ini semoga para laki-laki mulai peduli dengan isu-isu perempuan di
lingkungannya,” ucap Mas Farid.
Para
perempuan mulai merapat lagi ke panggung sembari menyaksikan penayangan video musik
dari lagu Hari Terakhir Peradaban yang diambil saat FSTVLST berpartisipasi dalam
Pestapora. Di akhir video disambut dengan tepuk tangan meriah serta teriakan
khas perempuan dengan suaranya yang melengking. Lanjut ke saat yang
ditungg-tunggu, FSTVLST membuka penampilannya dengan Akulah Ibumu. Para
perempuan ikut menyanyikannya, membuat suasanya lebih terasa magis.
Bayangan
awal ketika memasuki venue, para dara menontonnya dengan slay, ikut
menyanyi, sesekali menggerakan tubuh. Tapi ternyata tidak, sumpah mereka moshing!
Hal yang tidak pernah saya lihat sebelumnya sekumpulan perempuan ikut membuat
lingkaran di kerumunan FSTVLST. Saya ikut terbawa suasana ke dalam crowd
surf, jelas saya bukan yang diangkat, tapi saya yang di bawah. Ini
pengalaman pertama saya melakukannya, seru banget! Saya tidak ingin ini menjadi
yang terakhir sebab saya menginginkan pagelaran Dara Setara selanjutnya.
Para
dara yang datang malam itu jumlahnya cukup banyak. Ternyata ini juga disadari
oleh Mas Farid, alasan FSTVLST mengadakan Dara Setara karena menyadari bahwa
ada lonjakan penonton perempuan yang signifikan. “Sekarang kami menemukan
fenomena bahwa yang datang ke acara FSTVLST bukan hanya laki-laki. Harapannya
besok para pendengar laki-laki bisa berkenalan dengan pendengar perempuan, dan aware
bahwa besok ketika di pentas FSTVLST harus berbagi dengan penonton perempuan,”
ujar Mas Farid.
Ujaran mengenai kesetaraan banyak diutarakan.
Mulai dari pembawa acara hingga interaksi antara musisi dengan penonton. Namun
yang paling kerap disinggung sejak publikasi acara hingga acara berlangsung adalah
sosok ibu. Teladan dari sosok ibu dapat diadopsi untuk merawat satu sama lain. “Kemampuan
merawat yang dimiliki oleh seorang ibu itu harus selalu diteladani. Kita belum
bisa merawat pertemanan, persaudaraan, atau kemudian merawat alam dengan baik.
Setidaknya kemudian kita bisa mulai meneladani yang dilakukan oleh
ibu-ibu kita,” kata Mas Farid bercerita. Di samping itu ada saya yang menahan
air mata mendengarkan penjelasan Mas Farid. Sebab itu membuat saya teringat mengenai
mama di rumah yang selama ini telah memberikan hidupnya ke saya. Banyak
sekali hal yang telah ia korbankan dan ia usahakan agar saya bisa melanjutkan pendidikan.
Tetapi yang saya lakukan di Jogja malah healing terus-terusan.
Begitulah
malam itu berlangsung. Para perempuan yang datang dengan pakaian dan rambut
rapi, riasan cantik, dan aroma yang wangi kemudian mengakhirinya dengan tawa
dan ekspresi diri yang bebas. “Acara seperti ini membuat kita jadi bebas
berekspresi. Biasanya kan event FSTVLST kita cuma nyanyi di pinggir atau
di belakang kan? Tapi hari ini kita benar-benar lepas melakukan apapun yang
kami mau, karena kami tau ini pasti aman, sekeliling kita adalah sesama perempuan,”
kata Bela, salah satu penonton yang saya temui di akhir acara. Ia datang
menggunakan kaos FSTVLST, celana pendek, pakai sneakers. Mukanya yang
bulat nampak lucu dengan bucket hat. Salam kenal, Bela!
Kalian
para Festivalist laki-laki, ada pesan dari Mas Farid. Begini katanya:
“Kalian
sekarang harus berkenalan dengan Festivalist perempuan, kemudian berbagi ruang,
berbagi kesadaran, saling menghormati, dan membuat apa yang kita rayakan di
FSTVLST menjadi ruang aman, nyaman, dan membahagiakan buat semuanya!”