Sabtu, 16 November 2019

Pendidikan Seksual Bukan Sebuah Fobia


Sudah menjadi rahasia publik bahwa sentimen masyarakat Indonesia terhadap sex education masih mengerucut pada negatifitas. Sebagian masyarakat menganggap konten sex education adalah konten pornografi dalam kemasan yang lebih halus. Akhirnya tidak sedikit orang yang menganggap pendidikan seksual adalah upaya pengajaran melakukan seks bebas dengan cara yang aman.

Apalagi kedangkalan manusia dalam memahami sebuah ayat kitab suci  membuat pendidikan seksual -yang notabene menyinggung alat kelamin- di Indonesia adalah hal tabu. Padahal, pada ajaran fiqih sendiri juga terdapat sex education mengenai karakteristik perempuan dan laki-laki. Sex education telah dibicarakan dengan begitu luas oleh para ilmuan dan para ulama yang didasarkan kepada pandangan Al Quran dan AlHadis, yaitu dengan mengaitkannya dengan persoalan aqidah, syariah dan akhlak.

Mengguritanya sentimen negatif pada sebagian besar masyarakat, membuat pendidikan seks di Indonesia masih terhitung kurang. Suatu kehebatan apabila warga negara Indonesia mendapatkan pendidikan seksual pertama kali dari orangtuanya. Mengapa demikian? Stereotip buruk atas sex education itu sendiri telah turun temurun terpatri dari orang tua terdahulu. "Awas ya, kalo kamu dicium laki-laki, nanti bisa hamil." Suatu penjelasan tentang sebab-akibat yang salah, bukan?

Sebenarnya, pendidikan seksual bukanlah hanya tentang hubungan yang mempertemukan alat kelamin perempuan dan laki-laki. Lalu apa  sih substansi dari pendidikan seksual itu sendiri? Menurut Abdullah Nashih Ulwan (dalam Madani, 2014), pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri, dan perkawinan. Dari pendapat tersebut, jelas dikatakan bahwa pendidikan seksual adalah upaya mengenali diri sendiri berdasarkan jenis kelamin dengan segala tetek-bengeknya.

Tubuh manusia adalah otoritas yang dimonopoli oleh pemiliknya. Maka dari itu, agar tidak salah, mengenali diri sendiri adalah hal yang wajib sebelum melakukan banyak hal, termasuk segala yang berkaitan dengan jenis kelamin. Karakteristik jenis kelamin antara perempuan dan laki-laki memang berbeda. Pun juga bagian-bagian sensitif antara keduanya juga berbeda. Maka dari itu, menyadari keduanya adalah hal yang penting untuk diketahui sedini mungkin. 

Perempuan memiliki bagian sensitif yang sudah seharusnya dijaga dan dirawat. Perempuan sudah seharusnya memahami apa yang terjadi pada tubuhnya, mengingat ia memiliki siklus setiap bulan beserta gejala lainnya. Katakanlah gejala lainnya itu adalah 'keputihan'. Keputihan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh vagina untuk membersihkan dirinya sendiri. Yup, for your information, kelamin perempuan dapat membersihkan dirinya sendiri tanpa bantuan sabun kewanitaan seperti yang banyak beredar. Perempuan yang tidak memahami itu, memiliki kemungkinan untuk bingung dan khawatir, panik menganggapnya sebagai penyakit. Padahal itu adalah sebuah tanda bahwa kelaminnya dalam keadaan sehat. Selain itu, seorang perempuan juga bisa melihat kesehatan kondisi tubuhnya dari warna keputihan yang keluar.

Selain itu, pendidikan seksual juga dapat membantu dalam upaya menjaga kesehatan reproduksi. Kebiasaan tidak sehat terkadang dapat berpengaruh terhadap kesehatan organ reproduksi. Misalnya, seperti mengantongi hp dengan waktu yang lama dalam kondisi hidup. Radiasi dari handphone dapat mempengaruhi kualitas sperma pada laki-laki. Seperti dikutip Fox News, "Dalam temuan yang paling mencolok, pria yang biasa membawa ponsel di saku atau ikat pinggang cenderung memiliki sperma dengan jumlah lebih rendah, dan atau kurang aktif." Sebagian laki-laki tentu ada yang berencana untuk memiliki anak, maka alangkah lebih baiknya jika memiliki sperma yang sehat.

Mengantongi hp juga dapat berpengaruh pada perempuan. Seperti yang dilansir oleh liputan6.com, bahwa meletakkan hp di saku dekat payudara dapat memicu resiko kanker payudara. Tentu sebagian perempuan juga ada yang berencana untuk memiliki momongan, dan kesehatan payudara berpengaruh pada kelancaran dan kualitas asi nantinya. 

Perhatian terhadap hal-hal kecil itu merupakan output yang diharapkan dari pendidikan seksual itu sendiri. Selain itu, pendidikan seksual juga memberikan pengajaran tentang timing kapan harus berhubungan seks. Timing dalam berhubungan seks juga harus disadari oleh setiap orang. Kasarnya, seseorang harus tau kapan dia bisa dan boleh berhubungan seks. Pendidikan seksual mengajarkan bahwa melakukan seks di waktu yang salah dengan cara yang salah dapat memberikan dampak yang tidak sederhana. Katakan lah kesalahan tersebut dengan seks bebas. Seseorang yang memiliki pemahaman yang baik tentang pendidikan seksual akan berpikir dua kali untuk melakukan hal itu. 

Melakukan hubungan seksual dengan siapa saja merupakan hak dan otoritas dari seseorang itu sendiri. Resiko ditanggung penumpang, yang banyak berkembang adalah ancaman dari seks bebas merupakan sebuah neraka. Ketika seseorang memiliki pengetahuan tentang pendidikan seksual, ia mengetahui bahwa ada hal yang lebih mengerikan dari sebuah kehamilan dan aborsi, yaitu penyakit kelamin menular. Betapa sakit dan menderitanya orang-orang yang terkena penyakit-penyakit itu. Penyakit menular itu adalah sebuah kesalahan yang bersumber dari ketidak tahuan akan timing dan "cara" melakukan seks. Tidak berhenti disitu, penyakit kelamin sama dengan memutus harapan untuk memiliki keturunan, bahkan memiliki kemungkinan untuk tidak bisa melakukan hubungan seks kembali. Sungguh sudah jatuh tertimpa tangga.

Tidak hanya efek pada kesehatan tubuh, seks bebas bisa jadi berdampak besar pada apa-apa yang ada di belakang (keluarga, status sosial, pendidikan, pekerjaan -red). Sudah menjadi stereotip di masyarakat kita bahwa hamil di luar nikah adalah cermin dari didikan orang tua yang salah. Kita harus menyadari bahwa iklim di Indonesia tidak sama dengan dunia barat. Menjaga kehormatan keluarga adalah kewajiban dan tanggung jawab, tak jarang juga menjadi sebuah tuntutan. 

Sudah saatnya Indonesia melek terhadap pendidikan seksual. Urgensi pendidikan seksual merupakan cerminan nyata atas banyaknya kasus pelecehan seksual yang terjadi akhir-akhir ini. Akan lebih indah ketika seseorang telah ditanamkan rasa malu sejak kecil, juga diajarkan untuk memiliki rasa menghargai kepemilikan orang lain. Kelamin bukanlah hal yang bisa dibuat becandaan, pun juga bagian-bagian sensitif orang lain adalah hal yang perlu dihormati. Ayo, ajarkan pendidikan seksual sejak dini pada adik-adik di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar